Tuesday 26 August 2014

Pagi dari Penyembunyi Hari

Ada pesan untukmu, Pagi. Jangan cerah dulu! Dan untuk kalian, burung-burung, jangan bernyanyi dulu! Aku masih rindu kasurku ini.



Kenapa kalian tak mendengar? Mau seperti ini saja? Ahh, kenapa aku ini?!

Aku rindu pagiku kemarin. Aku rindu suara anak-anak yang memanggil mengajak bermain. Aku rindu wangi kopi yang acap kali kau seduh. Dan aku rindu kamu, seseorang yang selalu kulihat di pagi hari.

Aku melihatmu yang masih tertidur di kasurmu, aku melihatmu bangun, aku melihatmu makan, dan aku melihat semua keseharianmu. Di pagi hari, baik cerah maupun tidak, jika ada kamu, aku tidak merasakan resah maupun lelah, menurutku.

Pagi hari, aku bangun dan kutuntaskan segala kebutuhan pagiku. Aku melewati tempatmu terlelap, entah apa yang membuatku ingin segera melangkah menuju tempat lain ketimbang berhenti sebentar melihatmu.
Kenapa?
Sekarang setelah pagi itu tiada, aku malah ingin mengulang dan mengalaminya. Mengubah semua yang pernah aku lakukan kemarin. Aku rindu pagi itu. Pagi yang begitu kamu.

Ketika kamu bangun, taukah? Ada kelegaan karena bisa melihatmu lagi, ada rasa senang melihatmu sibuk mencari telepon genggammu. Kadang aku tersenyum dan kamu takkan menyadarinya. Bukankah aku penyembunyi perasaan yang baik? Ya, kan?

Benar, semuanya benar. Kau akan merasa kehilangan ketika pertemuan menjadi hal yang sulit. Aku yang tidak menyadari betapa berartinya sebuah pertemuan kemudian terlambat mengerti ketika semua itu hilang. Aku yang acap kali menyia-nyiakan pertemuan kita kemudian rindu saat kehilangan. Menurutmu, apa itu pertemuan?

Mengapa begini? Ternyata aku pun seorang pencari ketiadaan. Padahal denganmu aku merasa aman dan nyaman. Oh ya, meskipun aku sering memprotes banyak hal, sekarang aku rindu apapun yang kamu lakukan. Sekarang bagaimana denganmu? Mungkin takkan sama lagi, mungkin..

Sudah, aku tak merasakan kebingungan sekarang. Entah bagaimana denganmu? Akan menjadi semakin bingung, kan? Semua ini terlihat salah, apalagi aku yang tidak bisa membuat kesempatan menjadi lebih memiliki arti. Aku rindu pagi, aku rindu melihatmu sibuk sendiri, dan aku rindu semua tentangmu. Pagiku. Pagi itu kamu.

No comments:

Post a Comment

© Asri Nuranisa Dewi
Blogger Template Designed by pipdig