Friday 20 February 2015

Galaxy

Semuanya karena langit, di suatu sore dengan burung yang sering berdendang. Aku berbaring di atap rumahku, mengapa Ia begitu dekat tapi sebenarnya jauh? Aku seolah bisa menggapainya yang entah semakin ku ingin semakin ia menjauh. Ingin kurasakan seperti apa permukaannya. Apakah benar ia biru? Atau gelap hitam karena tak ada cahaya yang menemaninya? Entah bagaimana, ia tetap menjadi sumber rahasia Tuhan yang takkan bisa diungkapkan siapapun.
Aku berbaring disini, dilindungi rumahku, kotaku, pulauku, negaraku, bumiku, galaksiku, hingga super kluster yang menaungi semuanya. Apalah aku ini? Sebutir debu yang dibagi lagi menjadi tujuh? Ini bahkan baru langit pertama. Langit yang sains percaya hanya ada satu. Ruang yang berisi milyaran bahkan triliyunan galaksi dengan jarak yang tak bisa dijangkau umurku bahkan ditambah umur keturunanku? Atau dengan kecepatan cahaya yang mustahil bisa dilakukan manusia sepertiku dengan berat badan 50kg mencoba menembus ruang dan waktu, akankah tubuhku lenyap berkeping-keping melawan kecepatan cahaya dan gravitasi?
Jikalau bisa, bayangkan masih ada 6 langit lagi yang harus dipecahkan. Hah jangankan aku, apalah arti langit ke 1 dimata langit ke 7? Selalu ada ruang yang lebih besar di dalam ruang yang besar, hingga sampai di ruang yang dibatasi oleh ruang yang tak terbatas. Betapa kecilnya seorang Aku ini.
Untuk seseorang yang senang mengamati bintang, matahari akan menjadi bintang dimata galaksi andromeda, menjadi titik dari super kluster, dan akan menjadi apa di langit ke 7? Matahari membutuhkan 8 menit cahayanya untuk mencapai bumi. Ketika cahyanya kulihat ternyata itu adalah matahari 8 menit yang lalu. Belum lagi bintang yang selalu bersinar dan cahyanya sampai per 4 tahun, itu adalah bintang yang bersinar 4 tahun lalu dan aku baru melihatnya. Ada lagi bintang yang bersinar per 10 tahun, itu adalah bintang yang seharusnya bisa kulihat 10 tahun lalu. Kecepatan cahaya untuk bisa menembus ruang dan waktu adalah 300.000 km per detik. Bayangkan jika cahaya itu baru bisa dilihat 10 tahun sekali, sejauh apa letak bintang itu? Subhanallah, betapa kecilnya aku ini.
Siapa yang berani ingin memastikan kebesaran alam semesta ini? Adakah di luar sana? Seseorang atau bahkan sekelompok orang yang ingin mencari pembenaran? Memecahkan rahasia Tuhan yang sulit bahkan takkan mampu bisa terpecahkan? Atau adakah seorang profesor yang ingin mencari teori alam semesta yang sesungguhnya? Telah sebesar apakah ia jika tidak menyadari ia begitu kecil dimata penciptanya. Semoga ini selalu dijadikan bahan perenungan untukku, karena tidak akan ada yang lebih berkuasa selain Ia, zat yang maha segalanya.
Karena Flu dan Langit , 20 Februari 2015

No comments:

Post a Comment

© Asri Nuranisa Dewi
Blogger Template Designed by pipdig