Tuesday 30 October 2018

Berdamai dengan Diri Sendiri

Luka dan sakit sudah menjadi bagian dari manusia yang berhati. Hati bisa sakit jika kehadirannya dipermainkan, dihina, diinjak-injak, dihianati, dibohongi, dipergunjingkan, hingga ditinggalkan. Aku sangat kagum melihat orang yang dengan mudahnya memaafkan kesalahan orang lain. Ajari aku, aku masih tidak tahu bagaimana cara memaafkan dengan benar. Aku bukan Tuhan yang dengan senang hati selalu memaafkan hambanya. Bagaimana jika ada yang memendam sakit yang terlalu dalam?


Ketika dengan sombongnya seseorang berkata "Aku tidak mudah memaafkan orang lain." Adakah rasa ingin berkaca diri atas apa yang sudah kita lakukan? Bisa saja kita menjawab "Ya". Karena ketika kita dilahirkan, kita sudah diajari menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Tapi dalam praktiknya, perlu pengalaman dan kebijaksanaan yang besar untuk sampai di tahap penerimaan. Sesulit itu. Siapa yang dengan mudahnya melupakan rasa sakit yang pernah orang lain buat untuk diri kita sendiri? Buatku, sampai sekarang, aku masih ingat luka-luka yang pernah orang lain lakukan. Dan aku juga tidak akan menyangkal semua luka yang pernah kuberikan pada orang lain akan dengan mudahnya mereka lupakan. Karena aku tahu, tahu sekali, sakitnya selalu membayangiku sebelum tidur. Aku tidak tahu harus berbuat apa selain memendam amarah dan menyalahkan diri sendiri. Berharap bisa mengulang waktu dan memperbaiki semua yang salah. Baik sikapku terhadap mereka hingga sikapku yang 'seharusnya' supaya tidak menyakitiku terlalu dalam.

Mungkin banyak orang melihat dan berpikir kita baik-baik saja, banyak orang yang menganggap kita adalah pejuang-pejuang yang hebat. Tapi siapa tahu? Siapa yang tahu jauh dari dalam lubuk hatinya ia menyimpan pedih dan sakit yang belum sembuh? Bolehlah orang berkata kita tidak dewasa. Hanya saja kita tidak pernah tahu seberapa kuat kemampuan seseorang menghadapi masalahnya. Jangan pernah sedikit pun menganggap remeh sakit, masalah, dan penderitaan orang lain. Karena kamu bukan dia. 

Untuk hati yang belum sembuh. Entah bagaimana caranya bisa menyembuhkan luka yang sudah terlalu tajam menusuk hati-hati yang terluka. Aku tahu sekali memaafkan bukanlah hal yang mudah. Memaafkan memerlukan keberterimaan yang besar. Hingga kamu lupa, dia pernah menghinamu. Hingga kamu lupa dia pernah memfitnahmu. Hingga kamu lupa, dia pernah menyakitimu. Aku tahu, aku berjuang untuk itu hingga nanti bisa berdamai dengan diri sendiri. 

No comments:

Post a Comment

© Asri Nuranisa Dewi
Blogger Template Designed by pipdig