Friday 3 October 2014

Angin Sore

Angin sore ini terlampau sering lintas, melintas dan merasuki ragaku yang sedang diam di halaman rumah. Angin, jangan sering lewat! Mataku pedih, berair lagi. Bahkan kau yang sejuk sekalipun, kuminta sebentar, jangan lewat dulu. Aku sedang tidak ingin diganggu..


Sepi, aku senang menyepi. Diam ketika semua orang sibuk tak tentu. Aku hanya ingin sepiku ini, hanya aku saja, sudah cukup. Kecuali kamu, akankah datang jika aku memintamu menemaniku? "Oh tentu saja". kuharap begitu. Jika tidak? Kupikir dengan kau senang saja, sudah cukup. Biar aku saja yang sendirian, kamu tidak boleh.

Padahal, sore ini sengaja kujemput sepiku sendiri, tapi aku malah kesepian. Biasanya tidak. Sepi ini selalu datang jika kau tak lagi sama. Aku suka khawatir, jangan-jangan aku mengecewakanmu? Tuhan saja sering kukecewakan. Maaf.
Bagaimana aku senang? Jawabannya satu, melihatmu, aku selalu senang. Jika tidak? Tidak tahu, kamu inginnya aku jawab apa?

Sore ini, langit tersenyum sendirian. Oh, tidak, ada awan yang selalu menghiburnya. Kalian selalu terlihat mesra. Aku ingin kau dan akupun selalu seperti itu. Bukan maksudku mengganggu, jika ia melihat kalian, sampaikan padanya. Aku kangen.

Aku selalu berharap merasakan sepi berdua saja. Bercerita banyak tentangmu, tentang aku, hingga bosan, kemudian kita diam dalam damai dengan senja sebagai hiasannya, gerimis juga boleh. Aku suka itu semua. Kadang, aku suka berandai-andai, akan seperti apa kita nanti? Hmm, katanya jangan terlalu senang berekspektasi karena harapan selalu lebih tinggi dari kenyataan. Kenyataannya? Aku tidak tahu, kau sedang apa sekarang..
Iya, kubiarkan mengalir saja. Jika memang begitu, lupakan saja sepi berdua ini. Mungkin aku terlalu muluk-muluk padamu.

Pagiku sayang, biasanya aku malas jika terlalu banyak memikirkan perasaan. Biasanya tidak kuacuhkan perasaan yang sepertinya tulus menyayangiku, hanya saja denganmu aku merasa lain. Kau telah banyak memberikan hal lain yang belum tentu orang lain bisa lakukan. "Mungkin kau sedang mabuk, Ci". Tidak, semabuknya aku dahulu, tidak pernah aku merasa khawatir sekaligus takut dengan keadaan yang seharusnya tak perlu kutakutkan. Kau membuatku baru, terima kasih telah membawaku pada kenangan lain. Semoga kamu akan selalu menjadi ceritaku, tentunya selama kau mau, selama kau masih ingin denganku. Jika tidak? Denganmu bahagia, mungkin aku akan lebih merasakannya..

No comments:

Post a Comment

© Asri Nuranisa Dewi
Blogger Template Designed by pipdig