Wednesday 31 October 2018

Jika Bertemu Dirimu Yang Lain


Banyak teori-teori sains yang menarik untuk terus dijelajahi. Aku bukan orang yang bergerak dan fokus di bidang itu. Bahasa adalah jurusan yang aku pilih saat aku masih di sekolah menengah. Tak pernah sedikit pun aku tertarik dan mendapat prestasi yang bagus dari bidang sains. Saat itu aku hanya tidak mengerti dan tidak mencari tahu fungsi dari mempelajari Matematika, Biologi, Fisika, dan Kimia. Tetapi saat ini aku paham, tidak ada yang tidak memiliki fungsi dalam menuntut ilmu. Semua itu sangat berkaitan dengan kehidupan. Contoh kecil, tanpa fisika kita tidak akan mengetahui alam semesta beserta konsep ruang dan waktu. Tanpa kimia kita tidak bisa memproduksi makanan, minuman, maupun obat-obatan. Tanpa biologi kita tidak akan mengenal makhluk hidup di sekitar kita. Juga, tanpa matematika, kita tidak akan tahu bahwa banyak kemungkinan di dunia ini.


Aku tertarik dengan Teori Einstein yang mengatakan "God doesn't play dice." Tuhan menciptakan alam semesta beserta segala pilihannya. Yang sekarang aku yakini adalah segala pilihan sudah ada cerita dan ending-nya masing-masing. Kembali lagi pada teori paralel waktu, yang entah mengapa aku mengarah untuk meyakini teori ini. Dengan kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya, Dia juga pasti telah menyiapkan 'kita' dengan semua kemungkinannya. Aku tak kenal semua rumus fisika, kimia, dan matematika. Hanya saja aku meyakini, ada kita yang lain di kehidupan lain yang entah di semesta mana.

Betul sekali, "Tuhan tidak bermain dadu." Jika pun Tuhan bermain, pasti dari setiap butir dadu Tuhan sudah menyiapkan segala takdir dan jalan hidup kita. Menangis, tertawa, hidup, mati, kaya, miskin, sehat, dan sakit. Semua sudah pasti tertulis di dalamnya. Saat ini kita sedang tertawa, bisa jadi di dunia paralel kita sedang menangis. Saat ini kita selamat menyebrang jalan, bisa jadi di dunia paralel kita tertabrak mobil. Itulah kemungkinan. Kita diciptakan satu tetapi dengan tak terhingganya kemungkinan-kemungkinan. Entah mana yang real hanya saja kita berdiri di sini untuk bertahan hidup dan berharap memilih yang terbaik.

Pertanyaannya, jika kamu bertemu "kamu" yang lain dari dunia paralelmu, apa yang akan kamu lakukan? Apakah akan menjadi sesal, acuh, atau bahkan angkuh?
Jika itu aku, sudah pasti aku akan bertanya "How's life so far?" hingga aku tau di titik mana aku bisa bersyukur sekaligus berkaca diri. Karena jika aku bertemu "aku" yang lain, itu bisa menjadi refleksi diri terbesarku. Aku akan bertanya dengan siapa "aku" tinggal, bagaimana pendidikan "aku", dengan siapa "aku" sekarang, ada di mana "aku"sekarang, apa pekerjaan "aku", hingga apa pencapaian dan penyesalan terbesar "aku".
Lantas, bagaimana jika kehidupan "aku" yang lain lebih baik dari aku yang sekarang? Haruskah aku menyesali semua pilihanku saat ini? Haruskah aku menyalahkan takdir dan diriku sendiri atas (mungkin) kesalahan yang telah aku perbuat? Tapi... bagaimana jika kehidupan "aku" yang lain ternyata lebih buruk daripada aku yang sekarang? Haruskah aku mengasihani "aku"? Mengatakan "kamu akan baik-baik saja.", memeluk dan mengusap air mata "aku" sendiri? Hm...
Semuanya ada dan sangat mungkin terjadi tergantung pilihan mana yang aku pilih saat itu. Hanya saja, kemungkinan-kemungkinan ini membuat aku ingin mengetahui apa yang terjadi jika aku memilih kehidupan dengan pilihan-pilihan yang bisa saja aku jalani.

Kalau kamu, apa yang akan kamu lakukan jika bertemu dirimu yang lain?

No comments:

Post a Comment

© Asri Nuranisa Dewi
Blogger Template Designed by pipdig